Sabtu, 16 Juli 2011

gempa bumi dan lempeng di sulawesi

GEMPABUMI



Apakah Gempabumi itu ?
Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
Parameter Gempabumi
  • Waktu terjadinya gempabumi (Origin Time - OT)
  • Lokasi pusat gempabumi (Episenter)
  • Kedalaman pusat gempabumi (Depth)
  • Kekuatan Gempabumi (Magnitudo)

Karakteristik Gempabumi
  • Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
  • Lokasi kejadian tertentu
  • Akibatnya dapat menimbulkan bencana
  • Berpotensi terulang lagi
  • Belum dapat diprediksi
  • Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi

Mengapa Gempabumi Terjadi ?

Lempeng Tektonik

Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung diatas astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi. Teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari teori sebelumnya yaitu: Teori Pergerakan Benua (Continental Drift) dan Pemekaran Dasar Samudra (Sea Floor Spreading).
Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif dingin dan bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantel. Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku, sehingga dapat bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas yang kita kenal sebagai aliran konveksi. Lempeng tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya. Ada tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling mendekati(collision) dan saling geser (transform).


Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling mendekati atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun. Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi.

Jalur Gempabumi Dunia
Indonesia merupakan daerah rawan gempabumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.

Lempeng Indo-Australia bergerak relatip ke arah utara dan menyusup kedalam lempeng Eurasia, sementara lempeng Pasifik bergerak relatip ke arah barat.

Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempabumi besar dengan kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia juga rawan tsunami.

Belajar dari pengalaman kejadian gempabumi dan tsunami di Aceh, Pangandaran dan daerah lainnya yang telah mengakibatkan korban ratusan ribu jiwa serta kerugian harta benda yang tidak sedikit, maka sangat diperlukan upaya-upaya mitigasi baik ditingkat pemerintah maupun masyarakat untuk mengurangi resiko akibat bencana gempabumi dan tsunami.

Mengingat terdapat selang waktu antara terjadinya gempabumi dengan tsunami maka selang waktu tersebut dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat sebagai salah satu upaya mitigasi bencana tsunami dengan membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning System / Ina-TEWS).


Sejarah Terbentuknya Gunung Api
Teori lempeng tektonik juga banyak menerangkan tentang kapan dan bagaimana gunung-gunung yang aktif terjadi pada pertemuan batas-batas lempeng. Pada waktu dua lempeng saling berbenturan, bagian-bagian kerak bumi terangkat ke atas dan lipatan oleh tekanan yang kuat dan dorongan batu-batuan yang terjadi.
Teori lempeng tektonik, dengan rekaman magnetis, dapat mengetahui kecepatan dan arah gerakan suatu lempeng dibandingkan dengan lempeng yang lain. Teori ini berkembang di akhir tahun 1960-an, untuk menjelaskan bagaimana lapisan terluar dari bumi bergerak dan terdeformasi. Lempeng tektonik terbukni bermanfaat di segala aspek dari segala yang dapat kita lihat di bumi. Teori ini menjelaskan bahwa litosfer bumi terbagi dalam lempeng-lempeng (dengan ketebalan sekitar 100 km) yang bergerak berputar di atas astenosfer. Lempeng ini bergerak dalam arah yang berbeda-beda dan bertemu satu dengan lainnya di perbatasan-perbatasan lempeng (plate boundaries).
Gunung api dari istilahnya berasosiasi dengan intilah gunung dan api. Peristilahan ini disebabkan oleh suatu material pijar yang keluar dari bumi yang disebut dengan magma. Gunung api merupakan tempat dimana magma keluar dari permukaan bumi [Santoso,1992].
Gunung api terletak pada zona rekahan dari lempeng bumi, dan mengakibatkan panjang dari suatu gunung api sangat bervariasi, dimulai dari yang panjangnya hanya beberapa kilometer hingga ribuan kilometer. Agar magma dapat mencapai permukaan dari mantel bumi, maka rekahan ini harus memiliki bagian yang terbuka cukup lebar. Kasus ini terjadi pada saat lempeng tektonik terangkat oleh tekanan yang sangat besar atau pada saat lempeng tektonik terpisah dan terbentuk celah yang terbuka yang secara lambat melebar (divergen).
pergerakan-lempeng-secara-divergen
pergerakan-lempeng-secara-divergen
Kejadian seperti di atas terjadi pula pada kondisi kebalikannya, dimana dua buah lempeng tektonik saling bertubrukan (subduksi). Sebuah lempeng menghujam di bawah lempeng lainnya, maka sebagai konsekuensinya lempeng makin melengkung dan sangat mudah untuk terbuka, yang kemudian dapat memungkinkan magma terinjeksi keluar dan mencapai permukaan bumi.
pergerakan-lempeng-secara-konvergen
pergerakan-lempeng-secara-konvergen
Aktivitas Gunung Api
Aktivitas gunung api tidak hanya diperlihatkan dengan letusan (erupsi). Tetapi semua kegiatan yang berasal dari gaya-gaya gunung api, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan-kegiatan gunung api tersebut, yaitu [Santoso,1992]:
Sumber air panas (Geyser)
Di daerah gunung api, mata air panas umum dijumpai. Air panas yang dihasilkan tersebut berasal dari bagian air magma (jevenil water) yang naik ke atas. Proses ini dapat berasal dari fase uap yang naik ke atas karena terjadi penurunan suhu menjadi fasa cair.
Fumarol dan Solfatar
Di daerah sekitar kepundan uap yang terpanaskan mengandung CO2 dan H2S yang bereaksi dengan oksigen di udara. Belerang yang dihasilkan akan diendapkan di sekitar lubang yang dikenal dengan solfatar. Uap panas dan kering yang dipancarkan atau merupakan campuran fasa disebut fumarol.
Injeksi Scoriae dan Fragmen Lava
Aktivitas gas disertai material-material, fasa ini dimulai apabila caiaran lava mancapai tingkat tertentu dari kepundan. Lava ini akan dipancarkan ke udara dan membeku dalam bentuk fragmen. Fragmen ini disebut dengan scoriae atau cinders.
Aktivitas Etusif Lambat
Aktivitas ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu erupsi puncak (terminal) dan erupdi lereng (lateral). Erupsi puncak dimulai dengan naiknya lava ke kepundan, terjadi injeksi fragmen lava, sampai cairan ini mengalir ke kepundan kerucut baru (dome). Ciri khas untuk aktivitas ini, yaitu lava sangat cair dan suhunya tinggi.
Erupsi Akibat Kepundan Tertutup
Erupsi semacam ini terjadi pada gunung api dengan magma kental. Bermacam-macam tipe erupsi dengan berbagai perbedaan banyak terjadi, tergantung dari sifat magma. Faktor lain yang berpengaruh yaitu kondisi topografi, kohesi batuan yang menutup kepundan, aiar tanah, sangat sulit membuat klasisfikasi jelas dari erupsi semacam ini.
Awal erupsi
Awal erupsi, yaitu kelahiran gunung api. Kejadian awalnya biasanya terjadi gempa dahsyat sehingga permukaan rekah. Zat yang dikeluarkan pertama kali yaitu gas, sehingga terjadi lubang dan batuan dilemparkan ke atas membentuk lubang breksi terbuka. Material lain yang dikeluarkan seperti debu, batu apung, scoriae, fragmen lava, dan aliran lava. Ciri alami terjadinya gunung api adalah bagian sekitar lubang dijumpai batuan yang tertutup fragmen-fragmen dari hasil kegiatan magma.
. Tektonik dan Seismisitas
Daerah Palu merupakan salah satu kawasan seismik aktif di Indonesia. Tingginya tingkat aktivitas kegempaan di kawasan ini tidak lepas dari lokasinya yang berada pada zona benturan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pertemuan ketiga lempeng ini bersifat konvergen dan ketiganya bertumbukan secara relatif mengakibatkan Daerah Sulawesi Tengah dan sekitarnya menjadi salah satu daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia berkaitan dengan aktivitas sesar aktif.
Menurut Hamilton (1979), ada beberapa segmentasi sesar yang sangat berpotensi membangkitkan gempabumi kuat di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Sesar-sesar tersebut adalah: (a) Sesar Palu-Koro yang memanjang dari Palu ke arah Selatan dan Tenggara melalui Sulawesi Selatan bagian Utara menuju ke selatan Bone sampai di laut Banda, (b) Sesar Saddang yang memanjang dari pesisir Pantai Mamuju memotong diagonal melintasi daerah Sulawesi Selatan bagian tengah, Sulawesi Selatan bagian selatan, Bulukumba menuju ke Pulau Selayar bagian Timur, dan (c) Sesar Parit-Parit di Laut Makassar Selatan dan Laut Bone, dan beberapa anak patahan baik yang berada di darat maupun di laut.
Untuk mengetahui tingkat aktivitas kegempaan di Palu, perlu dilakukan kajian sejarah gempabumi dan seismisitas. Berdasarkan distribusi seismisitas, tampak klaster aktivitas gempabumi yang cukup tinggi di sepanjang sesar aktif Palu-Koro hingga memotong Kota Palu. Ditinjau dari kedalaman gempabuminya, aktivitas gempabumi di zona ini tampak didominasi oleh gempabumi kedalaman dangkal antara 0 hingga 60 kilometer, yang merupakan cerminan pelepasan tegangan kerak bumi yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif.
Klaster seismisitas gempabumi dangkal ini terkonsentrasi hampir merata baik di lepas pantai maupun di daratan. Klaster seismisitas ini merupakan gambaran dari sangat aktifnya kondisi tektonik di kawasan ini. Kondisi seismisitas ini menunjukkan bahwa daerah Palu dan sekitarnya merupakan daerah yang rawan terhadap gempabumi dan tsunami. Apalagi kondisi seismisitas dan tektonik yang ada mendukung untuk terjadinya gempabumi kuat dengan kedalaman dangkal yang dapat membangkitkan tsunami.
Sejarah Gempabumi
Daerah Palu dan sekitarnya, selain sangat rawan gempabumi juga rawan terhadap tsunami. Kerawaan gempabumi dan tsunami daerah ini sudah dibuktikan dengan beberapa catatan sejarah gempabumi dan tsunami yang berlangsung sejak tahun 1927, seperti Gempabumi dan Tsunami Palu 1927, Gempabumi dan Tsunami Parigi 1938 dan Gempabumi dan TsunamiTambu 1968

reverinsi : bmg.go.id.